G-30S meninggalkan sejarah kelam bagi Indonesia. Sebanyak sepuluh pahlawan Indonesia menjadi korban peristiwa pergantian malam 30 September ke 1 Oktober 1065 itu. Berikut adalah profil 10 pahlawan revolusi yang gugur pada peristiwa G-30S tersebut!
1. Jenderal Ahmad Yani
Ahmad Yani adalah seorang petinggi TNI AD di masa Orde Lama.
Beliau lahir di Jenar, Purworejo pada 19 Juni 1922. Ketika muda, Ahmad Yani mengikuti pendidikan Heiho di Magelang dan Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor. Setelah itu, karier Ahmad Yani berkutat di militer.
Beliau turut ikut dalam pemberantasan PKI Madiun 1948, Agresi Militer Belanda II, dan juga penumpasan DI/TII di Jawa Tengah.
2. Letjen Suprapto
Lahir di Purwokerto pada 20 Juni 1920, Soeprapto sempat mengikuti pendidikan di Akademi Militer Kerajaan Bandung dan harus terhenti karena pendaratan Jepang di Indonesia.
Pada awal kemerdekaan Indonesia, ia ikut merebut senjata pasukan Jepang di Cilacap. Ia kemudian memasuki Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Purwokerto dan ikut dalam pertempuran di Ambarawa sebagai ajudan Panglima Besar Sudirman. Kariernya terus melejit di militer.
Namun, ketika PKI mengajukan pembentukan angkatan perang kelima, Suprapto menolaknya. Ia pun menjadi korban pemberontakan G-30-S bersama para petinggi TNI AD lainnya.
3. Letjen S. Parman
Siswondo Parman lahir di Wonosobo, Jawa Tengah, pada 4 Agustus 1918. Pendidikannya lebih berkutat di bidang intelijen. Beliau pun pernah ke Jepang untuk memperdalam ilmu intelijen pada Kenpei Kasya Butai.
4. Letjen M.T. Haryono
Mas Tirtodarmo Haryono atau M. T. Haryono lahir pada 20 Januari 1924 di Surabaya, Jawa Timur.
Sebelum terjun ke dunia militer, M. T. Haryono pernah mengikuti Ika Dai Gaku (sekolah kedokteran) di Jakarta pada masa pendudukan Jepang. Barulah setelah kemerdekaan Indonesia M. T. Haryono bergabung bersama TKR dengan pangkat mayor.
5. Mayjen D. I. Panjaitan
Donald Ignatius Panjaitan atau D. I. Panjaitan lahir pada 9 Juni 1925 di Balige, Tapanuli.
Pada masa pendudukan Jepang beliau memasuki pendidikan militer Gyugun. Kemudian, bertugas di Pekanbaru, Riau sampai saat proklamasi kemerdekaan. Setelah Indonesia merdeka, D. I. Panjaitan ikut membentuk TKR.
6. Mayjen Sutoyo
Sutoyo Siswomiharjo lahir 28 Agustus 1922 di Kebumen, Jawa Tengah.
Pada masa pendudukan Jepang, beliau mendapat pendidikan pada Balai Pendidikan Pegawai Tinggi di Jakarta, dan kemudian menjadi pegawai negeri pada Kantor Kabupaten di Purworejo.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan beliau memasuki TKR bagian Kepolisian, akhirnya menjadi anggota Korps Polisi Militer.
7. Brigjen Katamso
Katamso lahir pada 5 Februari 1923 di Sragen, Jawa Tengah.
Pada masa pendudukan Jepang beliau mengikuti pendidikan militer pada PETA di Bogor.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan, beliau masuk TKR yang kemudian menjadi TNI. Beliau terus berkiprah bersama militer Indonesia sejak itu.
8. Kapten Pierre Tendean
Piere Tendean lahir 21 Februari 1939 di Jakarta.
Selesai mengikuti pendidikan di Akademi Militer Jurusan Teknik tahun 1962 beliau menjabat sebagai Komandan Peleton Batalyon Zeni Tempur 2 Komando Daerah Militer II/Bukit Barisan di Medan. Beliau ikut bertugas menyusup ke daerah Malaysia ketika sedang berkonfrontasi dengan Malaysia.
Pada bulan April 1965, perwira muda ini diangkat sebagai ajudan Menteri Koordinator Pertahanan Keamanan/ Kepala Staf Angkatan Bersenjata Jenderal Nasution.
Ketika bertugas, Pierre Tendean tertangkap oleh kelompok G-30-S. Ia pun mengaku sebagai A. H. Nasution sehingga sang jenderal berhasil melarikan diri. Namun,Pierre Tendean harus mengorbankan nyawa untuk melindungi Jenderal Nasution.
9. A.I.P. II (Anumerta) K. S. Tubun
Karel Satsuit Tubun dilahirkan di Tual, Maluku Tenggara pada 14 Oktober 1928.
Tamat dari Sekolah Polisi Negara di Ambon ia menjadi Agen Polisi Tingkat II dan mendapat tugas dalam kesatuan Brigade Mobil (Brimob) di Ambon. Kemudian bertugas pada kesatuan Brimob Dinas Kepolisian Negara di Jakarta.
10. Kolonel Sugiyono
Sugiyono lahir pada 12 Agustus 1926 di Desa Gendaran, daerah Gunung Kidul, Yogyakarta. Pada masa pendudukan Jepang Sugiyono mendapat pendidikan militer pada Pembela Tanah Air (PETA).
Beliau terbunuh di Kentungan, sebelah Utara Yogyakarta dan jenazahnya kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta.
Demikian profil 10 pahlawan revolusi yang gugur pada peristiwa G-30S. Jangan lupa kunjungi laman Instagram dan Facebook Media Edukasi Indonesia untuk mendapatkan informasi dan fakta-fakta menarik lainnya!