“The biggest problem is not let People accept new ideas but let them forget the old ones” (John Maynard Keynes, Ekonom Kenamaan).
- Tidak salah perkataan Prof. J. Romein bahwa “tiap-tiap Peneliti sebenarnya tunduk pada tiga macam subyektivitas yakni subyektivitas: 1. Masa atau jamannya; 2. Kelompoknya; dan 3. Dirinya sendiri” (Prof. Roeslan Saleh, “DARI KEPUSTAKAAN HUKUM PIDANA”). AC ½ PK Produk China lebih murah dari non China, karena dapat keringanan Pajak. Kelompok Pedagang Elektronik di Glodok Harco justru malah ketawa! “AC Changhong Rp. 2.429.000 sedang Hissense yang juga ½ PK hanya Rp. 2.188.000 tetapi Polytron Rp. 3.100.000; Itulah sebabnya kenapa 80% Produk Elektronik dikuasai China, sisanya lokal; Maklumlah, Mereka dapat keringanan Pajak Eksport” demikian ungkap Daniel Suhardiman, Wakil Presiden Direktur Panasonic (CNBC INDONESIA, 1-3-2022; 21:17 Wib).
Insentif Pajak memang bisa membuat produk China bisa lebih bersaing tetapi masalahnya bukan hanya itu yang membuat Pedagang Elektronik di Glodok atau Mangga Dua Polisi tertawa terbahak-bahak. Itu hanya salah satu faktor saja. Ada faktor-faktor lain yang membuatnya memang lebih murah dari mulai faktor Psikologis, Bahan Baku dan Teknologi serta Proyek Bantuan Langsung Tunai. Penulis pun tahu soal ini karena penulis juga Berdagang Komponen Elektronik mulai dari Transistor, Integrited Conductor, Resistor, Electronic Capasitor, Tranfo dan lain-lain.
- Kalau dalam Teknologi Software Kita mengenal istilah “what you see is what you get”, dalam Perdagangan Produk China malah menjadi “what you see is not be what you get”. Penulis tidak tahu untuk AC tetapi untuk Kipas Angin penulis pernah merasakannya karena pernah menyandingkan merk Cosmos dengan Sekai. Speed paling tinggi atau paling akhir dari Sekai ternyata sebanding atau sama dengan Speed nomor dua dari Cosmos. Karena penasaran, begitu dibongkar barulah ketahuan kalau Gulungan Dinamo Kipas Angin Merk Sekai dari China lebih sedikit dan diameter tembaganya, lebih kecil, bahkan seukuran rambut!
Konsumen mungkin tidak akan pernah membanding-bandingkan. Penulis pun tadinya tidak tahu, kalau tidak karena kebetulan punya dua Kipas Angin dengan Merk yang berlainan dengan perasaan yang berlainan juga. Tukang Bangunan paling paham soal alat Pertukangan Produk China. Karena itu, mereka biasanya memilih Bor Merk Bosh ketimbang Lakoni sebab bisa dua kali atau tiga kali kerja untuk membuat Lubang! Pabrikan China mempengaruhi Psikologis Konsumen, dengan cara membuat Konsumen terkecoh. ½ AC merk Hissense dan Changhong mungkin setara dengan ¼ Polytron. Tidak percaya, coba sandingkan dan bandingkan kedinginannya!
- Hal lain yang membuat produk China bisa lebih murah adalah bahan baku. Pedagang Glodok umumnya tahu bahwa “Pabrikan Komponen-komponen Elektronik China memang membeli Lisensi atau Paten tetapi entah kenapa, mereka justru membuat komponen elektronik dari bahan-bahan yang berkualitas Rendah. Itulah sebabnya kenapa komponen elektronik yang bertulis “made in Thailand, Malaysia atau Marroco jauh lebih mahal padahal tampilannya butek dan burek” tetapi yang ngejreng dan mulus, justru lebih murah dengan tulisan “made in China”. Orang Glodok justru menyebutnya dengan sebutan barang Kw!
Dengan bahan baku yang lebih rendah, sudah barang tentu kualitasnya juga rendah. Masih ingat dengan Motor-motor China yang pernah merajai jalanan di Indonesia. “Motor-motor itu rupanya merajai pula Bengkel-bengkel dan Lapak-lapak Besi Tua”. Karena berbahan baku yang bermutu rendah, mogok di tengah jalan adalah pemandangan yang biasa. Karena harga Onderdil yang hampir setara dengan harga Motornya sendiri, inilah yang menjadi sebab banyak motor China jadi besi tua!
- Sebab lain yang menyebabkan Produk China bisa lebih murah adalah karena faktor Teknologi yang mereka terapkan! Produk-produk China memang terlihat keren dan modern tetapi bila mau diusik lebih lanjut, sebenarnya hanya bajunya saja yang keren dan modern. Teknologi yang mereka terapkan, justru barang jadul, hasil duplikasi teknologi lawas. Tidak percaya, tengok saja Pesawat MA-60 dan ARJ-21. “Tanpa Perjanjian Lisensi, AN-26 dijiplak tetapi tidak habis-habisan. Sedikit dirubah sehingga cukup dioperasikan Pilot dan Co-pilot saja, tidak perlu adanya Flight Engineer. Jadilah MA-60. Basisnya DC-9, pesawat yang dulu pernah populer sekarang meredup dan China membeli Hak Patennya dan dijadikan ARJ-21, yang mungkin akan menyaingi CRJ 1000 dan Embaer 190 nantinya”.
Atau kebalikannya. Bajunya yang lawas tetapi Teknologi yang mereka terapkan, justru malah sudah digital. Sebagai contoh Radio dengan bentuk Jadul. Bermotif seperti kayu padahal berbahan plastik dan ada tali gelombangnya. Namun malah pakai Remote dan Bergelombang AM, FM bahkan SW. Karena berteknologi Digital dengan komponen “IC model tai kotok”, makannya jadi lebih murah!
- Sebab terakhir yang membuat Produk China bisa lebih murah adalah “karena produk-produk mereka sebenarnya adalah produk Bantuan Sosial Langsung Tunai ala China”. Tidak seperti Negara Kita berbentuk Uang atau Barang, “Pemerintah China memberikannya tidak secara gratis dan tidak langsung. Pemerintah China: 1. Hanya akan memberikannya kepada mereka-mereka yang memang bekerja atau berproduksi bukan sekedar punya Kartu Tanda Penduduk dan Kartu Keluarga, tidak peduli apapun yang mereka kerjakan; 2. Tidak tunai atau langsung namun bisa berupa Jaminan Kredit, Hak Pengelolaan Lahan, Nihil Pajak dan lain-lain”.
Selain daripada itu, Produk-produk China bisa lebih murah adalah karena “produk kebersamaan dari semua Buruh dari pelbagai macam level. Biar kata, Buruh China hanya menjadi Satpam atau Cleaning Servis namun mereka sebenarnya adalah (juga) owner karena mereka juga patungan saat Pendiriannya. Mereka rela digaji lebih murah tetapi mereka mendapatkan deviden, bonus dan lain-lain begitu Perusahaan meraup keuntungan”. Itulah sebabnya kenapa Produk China bisa murah!
Kontributor Media Edukasi Indonesia : TEGUH ARIANTO, SH.
