Persahabatan yang indah bukan tentang betapa banyaknya persamaan, tapi tentang bagaimana setiap perbedaan justru membuat kita saling berbagi warna. Persahabatan yang indah ini dapat kita nikmati lewat novel She, karya penulis Windhy Puspitasari. Mengisahkan dua gadis remaja dengan nama yang hampir mirip namun dengan karakter yang hampir nggak ada mirip-miripnya.
Walaupun nama mereka hanya berbeda di huruf H, Dhinar dan Dinar adalah dua remaja yang memiliki karakter berbanding terbalik. Dhinar yang cuek dan individualis ini hidup dengan bergelimang prestasi, bahkan meraih Nem SMP tertinggi se-Semarang. Lalu bagaimana dengan Dinar? Ia justru adalah remaja yang ceria, enerjik, pemecah suasana dan tak ambil pusing soal prestasi akademik. Keduanya disatukan lewat minat yang sama pada komik manga dan anime.
Pertemuan mereka berdua bermula di sebuah toko buku. Saat Dhinar sedang mengambil sebuah komik, tiba-tiba saja dia dihampiri cewek seusianya dan mengajaknya mengobrol panjang kali lebar meskipun baru pertama bertemu. Sedikit mengejutkan buat Dhinar yang pendiam bertemu dengan orang asing yang membrondongnya dengan begitu banyak kalimat.
Novel ini tidak hanya berisi tentang indahnya masa putih abu-abu yang penuh keceriaan. Tapi juga membahas tentang pencarian jati diri serta sebuah kritik pada bagaimana orangtua dalam mendidik anaknya. Dhinar dan Dinar, Keduanya memiliki orangtua dengan cara mendidik yang hampir sama. Menganggap bahwa seorang anak harus menuruti setiap perintah orangtuanya. Bahwa orangtua yang lebih tau apa yang terbaik untuk anaknya tanpa mau melihat lebih jauh apa yang benar-benar diinginkan para anak.
Walaupun cara mereka dididik hampir sama, tapi cara mereka menyikapi sangat berbeda. Dhinar menjadi anak yang menuruti seluruh perintah orangtuanya, bahkan termasuk pilihan beasiswa kuliah di Jepang. Semua di atur orangtuanya. Berbeda dengan Dinar, ia memilih melakukan apa yang di senangi. Meskipun seringkali dibandingkan dengan kakaknya yang sudah berkuliah di kedokteran.
Dinar, walaupun hidupnya nampak santai, receh, dan ceria namun justru dia mengajarkan bagaimana menjalani hidup dengan bahagia. Mampu mengubah sudut pandang orang-orang di sekitarnya dalam memaknai hidup. Karena Dinarlah, kakaknya yang berkuliah kedokteran menyadari bahwa dia mesti memutuskan mengambil apa yang menjadi kebahagiaannya. Juga Dhinar si pintar mulai menyadari betapa dia telah banyak menyia-nyiakan kesenangan masa remaja karena terlalu menuruti semua perintah orangtua.
Layaknya novel remaja kebanyakan, tentunya tak akan lepas dari romansa masa SMA. Seperti interaksi antara Dinar dengan Erwan Saputra, pacar sejak SMP yang ia panggil dengan nama ‘sapu’. Di sini, justru Erwan Saputra juga memiliki perbedaan karakter yang sangat kontras dengan Dinar. Erwan yang cerdas, disiplin, dan hobi baca buku-buku yang berat. Begitu pula hubungan antara Dhinar dengan Fleming si anak baru.
Novel ini cocok sekali menjadi bacaan para remaja dalam pencarian jati diri dan mengenal arti persahabatan. Novel yang ringan namun tentunya tak bisa di remehkan. Setiap karakter digambarkan dengan baik. Tidak seperti novel remaja yang mengisahkan cinta antara coolboy and bad girl tanpa perkembangan karakter berarti. Dalam novel She karakter mereka tergambar kuat lewat pola pikir, gaya bicara, hobi, sikap hingga interaksi satu sama lain.
Meskipun menceritakan persahabatan antara 2 D ini, namun di awal cerita justru interaksi mereka jarang sekali. Sehingga di awal mungkin novel ini lebih terkesan seperti novel romance. Namun saat membaca di pertengahan novel, keakraban mereka mulai terjalin setelah Dhinar mengenal komunitas Genki Ji, para pecinta anime. Dan dari sinilah ia mulai menikmati pertemanan.
Bagi yang sudah bosan dengan novel yang hanya berisi cerita romansa, novel karya windhy ini ibarat angin segar. Apalagi untuk para pecinta anime, novel ini sedikit banyak membahas tentang berbagai film, hingga komik Jepang. Tentunya, novel dengan 250an halaman ini akan sangat seru untuk di nikmati, apalagi kalau di baca bareng sahabat. Double seru pastinya!
Kontributor Media Edukasi Indonesia : Berliana Dyah Ayu Tasya
