Menu

Mode Gelap
Elon Musk Beli Twitter: Pembaruan Twitter Siap Datang Seberapa Penting Kesehatan Untuk Kehidupan Perempuan Adalah Akar Peradaban Dunia Arti Orang Terdekat Dalam Kesuksesanmu

Teknologi · 24 Apr 2022 10:48 WIB ·

‘New Normal’ melalui Platform Digital


‘New Normal’ melalui Platform Digital Perbesar

Pandemi Covid-19 telah mengajarkan kita untuk menelaah ulang arti keberadaan sains dan teknologi. Sebelum pandemi Covid-19 terjadi, kita melihat fakta adanya kontroversi yang kuat tentang keberadaan sains dan teknologi. Pada aspek sains, kita dipertontonkan kepada ketidakpercayaan pejabat publik tatkala ilmuwan memprediksikan bahwa Covid-19 tengah mulai merabah di Indonesia. Pejabat publik seolah menutup fakta tentang temuan data yang telah dikumpulkan para ilmuwan. Begitupun dengan teknologi. Publik seolah apatis terhadap teknologi karena dampak kuat yang ditimbulkan akibat penggunaannya yang berlebih.

Dua pernyataan diatas seolah terbantahkan ketika fakta di lapangan saat ini menunjukkan bagaimana kebergantungan kita terhadap sains dan teknologi. Jika kita berbicara tentang teknologi, kita dapat melihat melalui penggunaan aplikasi zoom yang tengah masif digunakan sebagai media pembelajaran. Kebiasaan baru ini mengubah wajah teknologi seutuhnya yang dahulu dianggap berdampak ‘negatif’ justru berbalik menjadi solusi ‘solutif’. 

Selaras dengan itu, ditemukannya vaksin yang merupakan produk perhitungan saintifik berkontribusi besar dalam upaya penyelesaian pandemi. Pemerintah Indonesia pun mengeluarkan kampanye besar-besaran dengan meluncurkan program vaksinasi Covid-19. Fakta ini kemudian mengantarkan persepsi kita tentang bagaimana sains dan teknologi berkembang dengan mengikuti kondisi sosial dibelakangnya.

Proses Sosial

Pelajaran besar yang dapat dipetik dari cerita diatas bahwa teknologi tumbuh dan berkembang atas dasar proses sosial yang meliputinya. Pelopor atas pernyataan ini didorong oleh Bijker (1997) dengan sebutan Social Construction of Technology (SCOT). SCOT menekankan teknologi berkembang dengan dasar pengetahuan (sains) dimana terdapat empat tahapan yang mendasarinya. 

Proses pertama disebut sebagai relevant social groups. Makna dari proses ini menunjukkan tentang beragam grup sosial yang memiliki pandangan berbeda tentang bagaimana teknologi dimanfaatkan. Pada proses kedua disebut sebagai interpretative flexibility. Bijker (1997) menjelaskan bahwa pada terdapat kontroversi dari beragam grup sosial tentang bagaimana teknologi seharusnya dibentuk dan digunakan. Dengan kata lain, terdapat fleksibilitas didalam perkembangan teknologi. Illustrasi sederhananya seperti layaknya karet yang memiliki sifat tarik ulur. 

Proses ketiga ialah technological frame. Menyambung dengan dua proses sebelumnya, kontroversi tentang pembentukan teknologi perlahan mulai mereda pada tahapan ini. Teknologi mulai menemukan bentuk ‘baku’ yang seluruh grup sosial dapat berkompromi terhadap penggunaanya. Pada proses keempat disebut sebagai Closure & Stabilisation dimana memiliki makna bahwa pendefinisian serta penggunaan atas teknologi menjadi lebih umum. Dengan kata lain, kontroversi atas perkembangan teknologi tidak lagi muncul pada tahapan ini.

Platform Digital

Gagasan diatas coba kita kontraskan dengan salah satu platform digital yang eksis dimasa pandemi yaitu penggunaan platform digital (semisal: zoom, webex, google meeting serta skype) sebagai media pembelajaran di Indonesia. Berkembangnya platform-platform tersebut, tidak luput dari kondisi pandemi Covid-19. Terbatasnya ruang interaksi offline guna meminimalisir persebaran Covid-19, membuat pemanfaatan zoom menjadi sesuatu yang tidak terelakkan. Namun, awal penggunaan zoom di Indonesia menghadirkan kontroversi yang kuat diantara pemerintah maupun institusi pendidikan. Indonesia menggunakan beragam aplikasi serupa seperti webex, google meeting ataupun skype di awal pandemi sehingga berujung kepada tidak adanya standarisasi. Di UGM misalnya, pada awalnya media pembelajaran menggunakan aplikasi webex. Namun situasi saat ini berbanding terbalik dengan penggunaan zoom yang makin eksis digunakan.

Mulai digunakannya aplikasi zoom ternyata masih memunculkan kontroversi karena beragam aktor memandangnya secara berbeda terkait dengan keamanan serta kemudahan penggunaannya sebagai media pembelajaran (detiknews.com, 2020). Zoom kemudian mengubah hal itu semua dengan beragam update yang dilakukan. Perlahan, desain teknologi ini mulai menemukan standarisasinya. Kemudahan penggunaan serta desain keamanan yang semakin kuat menjadi dasar eksistensi zoom di Indonesia. Hingga saat ini, penggunaan platform ini masih dilakukan sebagai media pembelajaran. 

Melalui serangkaian cerita diatas, kita dapat melihat bahwa teknologi zoom berkembang atas dasar kondisi pandemi Covid-19. Lebih jauh, aplikasi ini memiliki dimensi kontroversi yang kuat dalam perjalanannya. Lantas apakah aplikasi zoom akan ‘hilang’ dalam kehidupan paska pandemi Covid-19? Jawabannya tidak karena aplikasi zoom telah melekat erat dalam kehidupan kita saat ini dan kehadirannya menjadi ‘new normal’ kita dalam pemanfaatan teknologi.

Kontributor Media Edukasi Indonesia : Arga Pribadi Imawan

Komentar
Artikel ini telah dibaca 16 kali

Baca Lainnya

Cara Aktifkan Ketuk Layar 2 Kali di HP untuk Menghidupkan Layar

25 November 2024 - 18:12 WIB

5 Alasan Gen Z Sering Pakai Fitur DnD di Ponsel

25 November 2024 - 17:58 WIB

Memahami Deep Learning: Manfaat hingga Kelebihannya

12 November 2024 - 18:33 WIB

Memahami Deep Learning

Memahami SGE Google: Cara Kerja dan Dampaknya pada SEO

8 November 2024 - 19:53 WIB

Langkah-Langkah Membangun Website Ramah Mobile dan Cepat

7 November 2024 - 20:53 WIB

Tips Mengamankan WhatsApp Agar Tidak Disadap

3 November 2024 - 20:42 WIB

Trending di Teknologi