Gangguan makan merenggut nyawa banyak anak muda. Padahal menurut psikiater, mereka dapat selamat dengan perawatan dan pengobatan dini.
Pandemi Covid telah memperburuk masalah gangguan makan yang berkembang di kalangan anak muda. Menurut data National Health Service (NHS) terbaru, ada 24.268 rawat inap rumah sakit untuk penderita kasus ini di Inggris dari 2020 hingga 2021, meningkat dari 13.219 pada 2015 hingga 2016.
Penderita yang berusia 18 tahun ke bawah mengalami peningkatan terbesar. Mayoritas dari mereka yang terkena dampak adalah perempuan muda, tetapi laki-laki muda juga meningkat lebih dari dua kali lipat selama periode waktu itu.
Gangguan makan adalah sikap berbeda terhadap makanan yang menyebabkan perilaku dan kebiasaan seseorang berubah. Ini adalah kondisi serius yang dapat berdampak negatif pada kesehatan, emosi, dan kemampuan seseorang di banyak bidang kehidupan.
Terlepas dari namanya, gangguan makan lebih dari sekadar kurangnya nafsu makan. Ini adalah kondisi kesehatan mental yang kompleks yang sering memerlukan intervensi profesional medis dan psikologis untuk memperbaikinya. Gangguan ini termasuk dalam edisi kelima dari American Psychiatric Association’s Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5).
Penyebab gangguan makan
- Standar masyarakat. Beberapa budaya mengharuskan seseorang memiliki tubuh yang ramping. Tekanan tersebut memicu diet ekstrim untuk mendapatkan tubuh ramping.
- Gen bawaan keluarga. Kondisi ini juga dapat dibawa oleh gen keturunan orang tua atau saudara kandung.
- Masalah mental. Situasi stres dan pengalaman negatif juga dapat menjadi pemicu (misalnya, penyerangan seksual, kecelakaan, kehilangan orang dekat).
Faktor yang dapat memicu gangguan
- Usia. Remaja mulai usia 20-an, kebanyakan perempuan.
- Profesi. Tuntutan profesi yang mengharuskan menjaga postur tubuh seperti aktor, atlit, model.
- Gangguan psikologi. Seperti depresi, stres, dan kecemasan atau sikap kompulsif-obsesif.
- Diet berlebihan. Diet tidak wajar dapat memicu gangguan.
Gejala-gejala penderita
Gejala ini bervariasi tergantung dari jenis gangguannya, antara lain: anoreksia seperti tubuh kurus, insomnia, mudah lelah, sakit kepala, kuku berwarna biru, kuku dan rambut rapuh, sembelit, kulit kering, dan detak jantung tidak teratur, bulimia nervosa atau bulimia yaitu mengalami kehilangan kendali saat makan, gangguan asupan makan avoidant/restriktif (ARFID) bisa berupa: Kurang nafsu pada semua makanan, penurunan berat badan drastis.
Pengobatan
Pemberian obat tidak dapat menyembuhkan gangguan makan, tetapi dapat membantu mengendalikan keinginan mengidam, muntah, atau kecemasan berlebihan tentang makanan dan kebiasaan makan.
Contoh obat yang dapat diberikan bagi penderita yaitu antidepresan, antipsikotik, dan penstabil suasana hati. Dukungan dari orang-orang terdekat sangat penting untuk keberhasilan pengobatan gangguan makan.