Setelah melahirkan, menyusui merupakan kewajiban bagi seorang ibu. Namun ternyata menyusui juga dapat memberi efek kesehatan mental pada ibu, lho.
Menurut US News, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) memperkirakan bahwa antara 11% dan 20% ibu baru menderita depresi pascapersalinan (postpatrum).
Namun, studi lain oleh Toledo dan kolaborator dari University of Miami School of Nursing and Health Studies, University of North Carolina School of Nursing, Chapel Hill, Seattle University of Nursing, dan The University of British Columbia School of Nursing, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa menyusui adalah perilaku yang menguntungkan dan nyaman yang dapat mengurangi risiko seorang ibu mengalami depresi pasca persalinan. Namun juga ada kemungkinan mengalami depresi disebabkan oleh hal-hal tertentu.
Melansir dari PsychCentral, hubungannya dengan kesehatan mental sebagai berikut:
Cara menyusui
Kesehatan mental ibu tampaknya dipengaruhi oleh cara mereka menyusui. Beberapa faktor mempengaruhi hal tersebut, antara lain:
– Cara Memberi Makan anak
– Mengalami kesulitan dengan suplai ASI
– Kondisi medis ibu atau bayi yang menganggu pemberian asi atau malah tidak dianjurkan.
– Dukungan dari orang-orang terdekat kamu
– Tekanan gerakan payudara saat menyusui
– Reaksi fisiologis
Efek menyusui bagi kesehatan mental
Memberi ASI telah terbukti meningkatkan kesehatan mental ketika:
– Menyusui secara eksklusif setidaknya selama 6 bulan pertama.
– Lanjutkan selama satu tahun.
– Memiliki persediaan ASI yang memadai.
– Mendapat dukungan dari orang-orang sekitar.
Menyusui menyebabkan pelepasan zat kimia yang dikenal sebagai oksitosin. Hal ini dapat membantu ibu meminimalisir stres dan merasa lebih nyaman. Oksitosin juga dapat membantu dalam proses ikatan dan meningkatkan perasaan kasih sayang antara ibu dan anak.
Manfaat psikologis
Pemberian asi baik untuk kesehatan mental ibu dan bayi. Manfaat psikologis ibu antara lain meningkatkan perasaan sayang pada si kecil dan mengurangi stres.
Manfaatkan itu untuk anak untuk meningkatkan kinerja kognitif, mengurangi kerewelan selama masa bayi, mengurangi tingkat stres, dan mencegah kesulitan yang lebih rendah di masa dewasa.
Hubungan menyusui dan depresi
Ibu dan depresi pasca persalinan mungkin memiliki hubungan yang rumit (PPD). Sebuah studi tahun 2014 menemukan hubungan antara depresi pasca persalinan dan kemampuan menyusui. Peneliti menemukan bahwa orang tua yang ingin tetapi mampu memiliki tingkat PPD terendah, sedangkan mereka yang ingin tetapi tidak mampu memiliki tingkat PPD tertinggi.
Studi lain tahun 2016 membahas bagaimana depresi pascapersalinan dapat memengaruhi keputusan seseorang untuk berhenti meng-ASI-hi lebih awal. Beberapa faktor dapat menyebabkan stres dan depresi orang tua baru.
Pada ibu menyusui, produksi ASI yang kurang dapat menyebabkan stres bahkan depresi. Beberapa ibu berusaha untuk meningkatkan produksi ASI. Kurang tidur akibat pemberian ASI eksklusif juga dapat menyebabkan stres pada ibu.
Cara mengatasi efek psikologis pada ibu
Kegiatan ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, dan stres. Ibu bisa mencegahnya dengan tidak terlalu mendengar kritik yang tidak membangun, pilih teknik mengelola stress terpercaya, memperbaiki waktu istirahat, makan dengan baik, dan jangan memendam semuanya sendiri. Cara dokter mengobati depresi pascamelahirkan adalah dengan menggunakan kombinasi pendekatan, termasuk terapi bahasa, antidepresan, terapi hormonal, dan kehadiran kelompok pendukung.