Sekarang ini dunia telah memasuki era digital dimana teknologi informasi dan komunikasi menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam kehidupan manusia sehari – hari. Hal ini menjadikan para pendidik mempunyai tanggung jawab untuk mempersiapkan generasi berikutnya yaitu Generasi Z (lahir antara tahun 1995 – 2010) yang lebih banyak berhubungan sosial lewat dunia maya. Tantangan tersendiri bagi para pendidik yang lahir di jaman yang berbeda untuk melakukan transformasi pembelajaran kepada para peserta didik yang merupakan generasi Z.
Di Indonesia, penggunaan sarana dan prasarana berbasis teknologi informasi dan komunikasi bukanlah suatu hal yang asing bagi sebagian besar masyarakat. Pengguna perangkat berbasis TIK di Indonesia tiap tahunnya kian bertambah. Dari usia muda hingga tua, tidak dapat lepas kegiatan dalam kesehariannya dengan sarana berbasis TIK. Hal ini sejalan dengan kebutuhan untuk belanja sarana dan prasarana berbasis TIK yang semakin besar pula. Namun berdasarkan data hasil survey yang dilakukan oleh Asosiasi Pengguna Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2020, pemanfaatan TIK secara produktif semakin menurun. Masyarakat Indonesia cenderung menggunakan sarana berbasis TIK untuk keperluan konsumtif bahkan pemanfaatan TIK yang negatif pun semakin meningkat. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi ketidakseimbangan antara pengeluaran atau belanja TIK dengan pemanfaatan TIK itu sendiri. Disamping itu, telah terjadi gap yang besar antara pengguna TIK dengan potensi pengguna TIK. Dengan demikian, perlu adanya penetrasi kecenderungan pemanfaatan TIK dari segala hal yang konsumtif dan negatif ke arah kegiatan yang produktif dan positif. Hal ini menjadi tanggung jawab segala pihak untuk mengubah paradigma penggunaan dan pemanfaatan TIK ke arah yang lebih produktif dan positif. Orang tua, para pendidik serta pemerintah harus turut aktif dan bersinergi dalam upaya menjadikan generasi sekarang ini menjadi generasi yang produktif dan positif dalam menggunakan dan memanfaatkan sarana dan prasarana berbasis TIK.
Pandemi Covid-19 yang masuk ke Indonesia awal tahun 2020, memberikan dampak tersendiri dalam berbagai aspek kehidupan. Tak terkecuali dunia pendidikan. Selama pandemi Covid-19 menghantam, hampir semua kegiatan di bidang pendidikan lumpuh. Di satu sisi, pelaku pendidikan harus melaksanakan anjuran dari pemerintah untuk melakukan social dan physical distancing guna menekan penyebaran virus Covid-19. Tapi di sisi lain, pembelajaran harus tetap terlaksana. Hak siswa untuk mendapatkan pengajaran harus tetap diterima. Berkaca pada pembelajaran di awal pandemi, pelaksanaan pembelajaran jarak jauh dirasa kurang maksimal. Pandemi yang tidak terduga ini, membuat segalanya tidak siap. Begitupun juga guru, siswa dan orang tua. Pemberlakuan pembelajaran jarak jauh yang serba mendadak, membuat pelaku pendidikan melakukan apa adanya dan sebisanya. Akhirnya, tujuan akhir pembelajaran di masa pandemi kurang didapatkan. Oleh karena itu, dibutuhkan persiapan dan skenario yang matang untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan selama masa pandemi.
Pandemi yang terjadi juga mempercepat proses transformasi teknologi informasi dan komunikasi dalam dunia pendidikan. Awal pandemi para guru mulai mengembangkan kompetensi teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pembelajaran. Memang bukan hal yang mudah, namun berkat kegigihan dan profesionalitas, para guru harus dapat merancang sebuah pembelajaran yang bermakna bagi anak didiknya. Para guru mulai mengikuti berbagai pelatihan yang berhubungan dengan TIK. Tujuannya adalah untuk menciptakan pembelajaran di masa pandemi yang efektif berbasis TIK. Mobile learning merupakan salah satu media pembelajaran berbasis online yang efektif digunakan selama masa pandemi. Kim (2013) mengatakan apabila mobile learning dapat digunakan oleh pendidik untuk menyampaikan materi pembelajaran secara fleksibel dimanapun dan kapanpun. Cabanban (2013) mendefinisikan bahwa mobile learning merupakan media pembelajaran yang menggunakan alat komunikasi berbasis wireless. Sistem mobile learning ini memanfaatkan mobilitas dari perangkat seperti handphone dan PDA yang terhubung dengan koneksi internet dengan tujuan untuk memudahkan penggunanya melakukan pembelajaran dari mana saja dan kapan saja.
Salah satu aplikasi berbasis mobile learning yang dapat dikembangkan adalah Webdroid. Webdroid merupakan sebuah website yang diintegrasikan ke dalam aplikasi android. Aplikasi ini menjadi sebuah solusi pembelajaran berbasis smartphone yang dapat digunakan oleh guru dan siswa selama proses pembelajaran di masa pandemi. Pengembangan website dilakukan dengan menggunakan aplikasi google sites yang merupakan produk dari google. Melalui google sites, kita dapat mengembangkan, mendesain dan menentukan isi dari website kita sendiri sehingga produk website yang dibuat tidak akan sama dengan website pada umumnya. Situs website yang telah dibuat, akan tersimpan di dunia maya sehingga tidak akan memenuhi kapasitas memori perangkat kita. Selain itu, kita juga dapat dengan mudah mengakses situs tersebut dengan perangkat apapun yang terhubung dengan internet, darimana saja dan kapan saja. Pemilihan google sites dalam pengembangan website dikarenakan beberapa hal yaitu akses gratis, mudah dalam proses pembuatan, terintegrasi dengan perangkat google lain, situs mudah dicari dengan menggunakan pencari google, situs tersimpan di server keamanan Google, akses situs dapat ditentukan oleh si pembuat situs, dan gratis penyimpanan online 100 MB.
Webdroid yang dibuat dapat dikombinasikan dengan berbagai macam perangkat pembelajaran lainnya seperti video pembelajaran, artikel pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Agar lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa, evaluasi pembelajaran dapat dibuat dalam bentuk game online. Beberapa aplikasi pembuat game online seperti Wordwall, Proprof brains games, Quizizz, Kahoot, Educandy, Bamboozle dan Scratch dapat dimanfaatkan oleh guru untuk membuat evaluasi pembelajaran. Selain itu, aplikasi virtual laboratorium dan lembar kerja peserta didik (LKPD) online dapat pula ditambahkan dalam webdroid ini agar siswa mendapatkan pengalaman nyata melalui praktikum mandiri secara online. Dengan demikian, dalam satu buah website yang dikembangkan, siswa tidak hanya belajar materi pelajaran secara aktif, efektif dan menyenangkan tetapi juga beberapa keterampilan siswa yang dibutuhkan pada abad 21 ini telah berkembang yaitu keterampilan berpikir kreatif, berpikir kritis, keterampilan berkomunikasi dan kolaborasi dengan siswa lainnya.
Konversi website dalam bentuk android dilakukan dengan bantuan situs appsgeyser. Appsgeyser merupakan sebuah situs yang membantu kita untuk membuat aplikasi android kita sendiri. Melalui appsgeyser, kita juga dapat mendownload dan membagikan aplikasi android tersebut dengan cara sederhana dan mudah. Pembuatan aplikasi android melalui appsgeyser dapat diakses secara gratis dan online di internet melalui https://appsgeyser.com/. Pengubahan website dalam bentuk aplikasi android akan semakin mempermudah siswa dalam mengakses sumber belajar tanpa perlu lagi melakukan browsing alamat website pembelajaran di internet. Hal ini dikarenakan aplikasi ini akan tersedia di smartphone setiap siswa setelah siswa mendownload aplikasi website android yang dibagikan oleh guru.
Meskipun memiliki kelebihan yaitu kemudahan dalam akses sarana pembelajaran, mobile learning tidak akan dapat menggantikan proses pembelajaran di kelas konvensional melainkan berfungsi sebagai media pembelajaran bagi guru dalam proses pembelajaran di sekolah dan universitas (Sarrab et al., 2012). Disamping itu, berdasarkan data penelitian yang dilakukan oleh Prof. Zainal A Hasibuan, Ph.D dari rentang tahun 2011 hingga 2013 bahwa yang paling mengkhawatirkan dari perkembangan teknologi bukan hanya serangan cyber yang meliputi serangan physical dan logical, melainkan serangan sosial dan budaya. Sebagai contoh berkembangnya gaya hidup negara lain di negara Indonesia yang berpengaruh kepada nilai nilai budaya bangsa Indonesia. Pendidikan merupakan salah satu solusi untuk mempertahankan diri dari adanya serangan sosial budaya dampak adanya perkembangan teknologi.
Implementasi merdeka belajar dengan mobile learning memberikan kebebasan bagi pelaku pendidikan untuk menentukan cara pembelajaran yang sesuai dengan lingkungan masing-masing. Tentunya kebebasan yang dimaksud harus dengan memperhatikan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, kemampuan para guru, dan kemampuan para siswa. Standar mutu juga diperlukan sebagai acuan atau alat ukur untuk mengetahui apakah hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Dengan demikian mutu pendidikan Indonesia akan terus mengalami peningkatan secara signifikan.
Kontributor Media Edukasi Indonesia : Noralia Purwa Yunita, M.Pd