Kalau kamu pernah berkunjung ke Yogyakarta, pasti Monumen Tugu Jogja ini sudah nggak asing lagi buatmu.
Berada di tengah kota Yogyakarta, Monumen Tugu Jogja menjadi daya tarik tersendiri ketika berkunjung ke kota pelajar yang satu ini.
Monumen ini berlokasi tepat di pertengahan perempatan yang menggabungkan jalan Pangeran Diponogoro, AM sangaji, Jendral Sudirman, dan Jalan Margo Utomo. Hal ini menjadikan bangunan yang berwarna putih ini sebagai ikon Kota Yogyakarta yang melegenda.
Bukan cuma itu, Tugu Jogja juga merupakan monumen yang bersejarah dan memiliki simbol filosofi jawa yang kuat, lho!
Filosofi Tugu Jogja
Bangunan yang telah berdiri selama ratusan tahun ini mempunyai filosofi penting dan penuh makna. Tugu ini memiliki empat sisi pada bangunan, yaitu bagian selatan, timur, barat, dan utara yang setiap sisi mempunyai berbagai macam tulisan yang menyiratkan sejarah terbentuknya tugu.
Penasaran seperti apa filosofinya? Yuk, simak filosofi Tugu Jogja berikut!
Bagian Selatan
Pada sisi selatan tugu, terdapat tulisan “Wiwara Harja Manggala Praja Kaping 7 Sapar Alip 1819” dan terdapat sebuah logo yang bertuliskan HB VII.
Makna dari kedua tulisan tersebut, yaitu tugu ini dibangun pada masa pemerintahan Hamengkubuwono VII serta mempunyai makna pintu gerbang kesejahteraan untuk setiap insan pimpinan negara.
Bagian Timur
Pada bagian timur ini erdapat tulisan “Ingkang Mangayubagya Karsa Dalem Kangjeng Tuwan Residen Y Mullemester” yang mempunyai makna bahwa seseorang mampu menyambut secara baik mengenai kehendak dalam kehidupan dan orang yang melopori hal tersebut adalah kangjeng tuwan residen Y mullemester.
Bagian Barat
Pada bagian barat tugu ini bertuliskan “Yasan Dalem ingkang Sinuwun Kangjeng Sutan Hamengkubuwana ingkang Kaping VII” yang mempunyai makna bahwa seorang tokoh yang bernama Kangjeng Sultan Hamengkubuwana yang ke VII lah yang membangun tugu tersebut.
Bagian Utara
Tulisan yang terpatri pada bagian utara tugu ini pun cukup panjang, yaitu “Pakaryanipun Sinambadan Patih Dalem Kangjeng Raden Adipati Danureja Ingkang Kaping V, Kaudhagen Dening Tuwan YPF Van Brussel Opzchter Waterstaat”.
Hal ini karena pada saat pembangunan tugu, seorang tokoh bernama Patih Dalem Kangjeng Raden Adipati Danureja yang ke V adalah orang yang menanggung seluruh biaya pembangunan tugu. Kemudian, kolonial belanda bernama Van Brussel Opzchter Waterstaat adalah orang yang memimpin pelaksanaan pembangunan.
Nah, itu dia filosofi di balik berdirinya Tugu Jogja yang sangat ikonik. Sangat menarik dan penuh sejarah, bukan?
Jangan lupa kunjungi laman Instagram dan Facebook Media Edukasi Indonesia untuk mendapatkan informasi dan fakta menarik lainnya!