Jika berbicara tentang bumi, maka tidaklah lepas dari lingkungannya yang selalu menyajikan banyak keindahan. Namun tidak sedikit dari kita yang masih awam dan tidak menyadari beberapa hal yang sering kita abaikan justru memiliki dampak maupun pengaruh terhadap lingkungan di bumi ini. Berikut adalah 6 fakta unik yang akan membuat kamu lebih mengenal lingkungan bumi.
1.Capung Hanya Menaruh Telurnya di Air Yang Bersih
Capung merupakan kelompok hewan serangga yang tergolong dalam bangsa Odonata. Pada umumnya capung memang disukai oleh manusia karena bentuknya yang unik. Namun saat ini keberadaan capung jarang lagi dilihat. Hal ini disebabkan karena kebiasaan capung betina yang menaruh telurnya pada air yang bersih kini sudah banyak yang tercemar. Capung biasanya menaruh telurnya pada tempat seperti pada sungai, danau, kebun dan kebun. Saat ini lingkungan air kita sudah banyak tercemar oleh limbah industri, limbah pertanian, limbah rumah tangga, bahkan tidak sedikit yang tercemar karena feses manusia.
Seperti yang kita ketahui bahwa capung merupakan hewan yang mengalami metamorfosis. Mulai dari telur capung yang menetas menjadi larva, larva menjadi nimfa dan nimfa menjadi capung. Penting untuk diketahui bahwa masa hidup capung sebagai larva banyak dihabiskan di air, dimana larva capung hanya bisa hidup didalam air yang bersih. Sebelum menjadi nimfa, larva capung memakan plankton dan jentik-jentik nyamuk sebagai kebutuhannya untuk berkembang. Maka dapat diklaim juga bahwa capung adalah hewan yang membantu pengurangan jentik-jentik sebelum menjadi nyamuk.
2. Mamalia Laut Terbesar Yang Menyerap Karbon Dioksida (CO2)
Ternyata ukuran yang begitu besar bukanlah sekedar julukan bagi paus, perannya dalam mengurangi faktor pemanasan global begitu penting. Bagaimana tidak, paus dapat menyerap karbon dioksida (CO2) dalam jumlah yang besar. Berdasarkan laporan dari IMF (International Monetary Fund) semasa hidupnya, seekor paus mampu menangkap CO2 dengan jumlah rata-rata 33 ton masuk ke dalam tubuhnya sebelum tubuhnya tenggelam ke kedalaman air saat mati.
Seekor paus mengumpulkan mengumpulkan CO2 melalui makanan dan menyimpannya di dalam tubuh selama masa hidupnya yang panjang, dimana dapat diketahui jika rata-rata paus memiliki umur selama 70 tahun.
Selain itu, feses paus pun dinilai mampu menyuburkan fitoplankton untuk membantu dalam penyerapan emisi. Ketika kotoran tersebut jatuh ke dalam laut, hal itu dapat membantu proses pemindahan CO2 dari atmosfer ke suatu tempat.
3. Tote Bag Yang Tidak Ramah Lingkungan
Berdalih sebagai alternatif ramah lingkungan yang menggantikan peran kantong plastik, ternyata tote bag banyak disukai oleh masyarakat. Namun karena sebagian orang masih sedikit yang mengetahui jika terdapat tote bag yang dibuat dari bahan yang tidak ramah lingkungan. Berikut adalah jenis tote bag yang tidak direkomendasikan untuk dimiliki.
Tote Bag Cordura. Tote bag ini adalah contoh dari sebagian banyak alternatif pengganti kantong plasting yang tidak disarankan untuk dimiliki, karena biasanya Cordura terbuat dari bahan nilon yang dicampur dengan kapas atau serat alami lainnya.
Tote Bag Furing/Spunbond. Tote bag ini terbuat dari bahan termurah yang biasanya dimanfaatkan sebagai goodie bag promosi. Adapun bahannya terdiri dari plastik polypropylene (62%), poliester (24%) dan sutra buatan atau viscose (8%) yang sudah pasti tidak ramah dengan lingkungan.
Terakhir ada Tote Bag Parasut. Sesuai dengan namanya, kain yang digunakan sebagai parasut adalah bahan yang digunakan juga dalam tote bag ini. Kain parasut ini mengandung nilon dan biasanya dilapisi dengan silikon.
4. Pohon Sukun Sebagai Solusi Ketahanan Pangan Global
Sebuah studi mengungkapkan bahwa sukun dapat menjadi solusi ketahanan pangan global dalam menghadapi perubahan iklim. Melansir dari New Scientist bahwa dari pemodelan iklim yang dilakukan para peneliti menentukan hasil jika pohon sukun dapat tumbuh dengan baik di area tropis selama beberapa dekade mendatang.
Namun sayangnya, tanaman ini kurang dikenal dan diperhatikan sehingga sedikit dari banyak orang yang mengabaikannya. Padahal sukun sendiri dapat diolah menjadi bahan pangan dengan berbagai cara dan dapat diolah menjadi tepung. Menurut laman Britania, buah sukun yang berukuran cukup besar ini menjadi makanan pokok bagi sejumlah penduduk Pasifik Selatan dan wilayah tropis sekitar. Untuk mengolahnya pun sukun dapat direbus, digoreng, dikeringkan, hingga dijadikan tepung dengan digiling.
5. Pembangkit Energi Dari Coklat
Menurut laman BBC, buah coklat atau kakao yang kita ketahui hanya bisa dikonsumsi, ternyata bisa dijadikan sebagai pembangkit energi. Pantai Gading, selaku produsen kakao terbesar di dunia telah menemukan cara untuk mengubah tanaman kakao sebagai pembangkit energi untuk puluhan hingga jutaan rumah. Produsen ini mulai membangun pabrik biomassa yang akan digerakan oleh limbah yang dihasilkan oleh kakao.
Pabrik biomassa sendiri menggunakan seluruh bagian kakao yang akan dibakar guna untuk memutar turbin dan menghasilkan tenaga listrik, hal ini sama sepert pembangkit listrik berbahan fosil konvensional.
Berdasarkan studi kelayakan menunjukan bahwa fasilitas ini akan mampu berkontribusi dalam meminimalisir emisi gas rumah kaca sebesar 4,5 juta ton jika dibandingkan dengan sumber listrik yang ada saat ini.
6. Penumpukan Email Dapat Menimbulkan Pemanasan Global
Email yang setiap harinya masuk ke mailbox termasuk spam yang menumpuk dapat memicu pemanasan global yang diakibatkan oleh jejak karbon melalui email.
Berdasarkan dari laman Reset.org, mengungkapkan email memerlukan sebuah server untuk menampung semua email dari seluruh dunia. Server raksasa ini tentunya memerlukan energi yang dibutuhkan setiap 24 jam dan liter air dalam jumlah banyak atau suatu sistem pendingin sebagai pendinginan server. Energi yang diperlukan server tersebut sebagian besar berasal dari hasil pembakaran fosil, dimana pembakaran ini justru menambah jejak karbon termasuk karbon dioksida (CO2) yang dilepaskan ke atmosfer bumi sehingga memicu pemanasan global.
Salah satu laman dari Amerika Serikat, Science Focus mengungkapkan bahwa dalam satu email yang hanya berisikan teks dapat melepaskan 4 gram CO2, sedangkan untuk email yang memuat gambar setidaknya melepaskan 50 gram CO2 dan untuk email spam sendiri melepaskan 0,3 gram CO2 ke atmosfer, karena sebagian email spam tidak mengalami perjalanan jauh dan akan dihapus otomatis oleh server sebelum dilihat.
Maka dari itu, mulai dari sekarang cobalah untuk mengelola email milikmu dan cukup simpan yang penting saja.
Demikian yang bisa penulis berikan. Semoga dengan tulisan ini, para pembaca mulai bisa memperhatikan lagi lingkungan sekitar seperti sumber daya serta flora dan faunanya sebagai wujud kepedulian terhadap bumi kita ini.
Kontributor Media Edukasi Indonesia: Baladan Hadza Firosya